Senin, 17 November 2008

Indahnya Berbagi

Sebuah artikel dalam rubrik jendela keluarga pada majalah Suara Hidayatullah edisi cetak 07/XXI/2008 menuturkan akhir cerita yang tidak diharapkan.

Dikisahkan bahwa demi menghindari konflik diantara anak – anaknya , seorang ibu sejak kecil selalu membelikan barang untuk anak – anaknya sebanyak jumlah mereka . Mulai mainan , sepeda , perlengkapan kamar , komputer , motor hingga mobil selalu dibelikan sendiri – sendiri . Namun itu semua ternyata malah membuat kepedulian berbagi dan tolong menolong diantara mereka kurang peka walaupun salah satu diantara mereka benar – benar membutuhkan pertolongan.

Saya sampai pelan mengulang membaca artikel pendek tersebut , sekedar memahami dan meyakinkan bahwa itu adalah pengalaman nyata.

Hati kecilku mengatakan walau dengan nilai materi yang jauh lebih kecil , secara tidak sadar saya juga telah memperlakukan hal yang mirip. Memang masih pada tahap mainan anak – anak dan keperluan sekolah karena generasi penerusku masih kecil – kecil. Demi menjaga konflik dan tidak rebutan serta timbulnya pemikiran “pilih kasih” dalam benak mereka maksud kami.

Artikel tersebut mengilhami kami untuk melihat dari sisi lain soal pemenuhan kebutuhan bagi mereka serta dampak yang mungkin ditimbulkan. Intinya bahwa kepekaan berbagi harus dipelihara sejak dini. Menjelaskan mana kebutuhan dan mana sekedar entertainment ( mainan ) bagi mereka juga sangat penting. Karena saat inipun telah muncul pertanyaan kenapa Kakak dibelikan , sedang Adik tidak ...? atau keluhan si Kakak “ kenapa Adik terus ...?.

Artikel itu juga menjadi rujukan kami untuk mengatakan kepada mereka bahwa adil itu bukan semata sama banyak atau sama besar , tapi adil itu berdasarkan kebutuhan. Pelan kami mencoba untuk memasukkan pola pikir demikian kepada mereka bukan saja terhadap saudara kandung , saudara dekat / jauh tapi juga orang lain bahwa berbagi itu penting.

Kami tidak menghendaki negeri yang luas ini kelak dihuni oleh generasi – generasi yang kurang peka. Semoga belum terlambat ....

4 komentar:

  1. Bagus mas artikelnya...memang adil bukan sama rata, sama rasa tp bgmna menempatkan susatu sesuai dg fungsi/kegunaannya. Dan kita juga hrs IKHLAS menerima apa yg kita peroleh

    Duh yg dh pnya anak..seneng ya..
    jadi pengin nih....

    Ada yg mau jadi ibu dari anak2 ku..?....hehehe..

    BalasHapus
  2. Menjelaskan itu semua dengan bahasa anak2 juga punya tantangan tersendiri, karena kalau nggak pas mereka malah menanggapi sebagai sesuatu yg tidak boleh.

    btw,ya sudah cepetan mumpung lagi musim hujan..ha..ha..

    BalasHapus
  3. nggak mudah memang ya jadi orang tua

    BalasHapus
  4. @ Mbak Ely --> betul Mbak, karena semua tingkah laku atau ucapan kita secara langsung direkam oleh mereka

    BalasHapus