Rabu, 03 Desember 2008

Menolerir Kecewa..…?

Pertama mendengar dan membaca kata diatas terdengar sangat begitu aneh baik ditelingaku maupun diotakku. Bagaimana berusaha mengatasi kekecewaan secara rasional sehingga bermuara pada hasil positif. Biasanya secara manusiawi kita ( baca : saya ) bereaksi secara berlebihan saat menemui hal yang mengecewakan. Dan seringnya adalah kecenderungan menyalahkan lingkungan sekitar kita , bisa menyalahkan orang lain , alat , sistem , kondisi alam, dsb.

Kecewa muncul saat harapan tidak sesuai dengan realitas atau tidak sesuainya antara demand dan supply. Ketidak - selarasan ini bisa dipicu oleh faktor internal maupun faktor ekternal. Contoh internal adalah bisa jadi semua hal mengecewakan karena kita secara pribadi menerapkan standard yang terlalu tinggi atau bahkan mengharapkan semua berjalan sesuai dengan angan kita.

Bagaimana jika rasa kecewa itu menghampiri kita …? Dalam diskusi sabtu pagi seorang kawan mendeskripsikan perihal proaktif yaitu dengan membiarkan otak kita meramu segala stimulus yang masuk sehingga kita mampu berpikir secara proporsional dan memberikan output positif. Dalam hal ini sikap tersebut sudah merupakan toleransi terhadap kecewa.

Mengapa kita harus menolerir kecewa ..? Robert T. Kiyosaki dan Sharon L. Lechter dalam bukunya the cashflow quadrant terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, halaman 309 alinea kedua berujar sebagai berikut :
“ Bersiaplah untuk kecewa “
Ia mengacu pada makna positif pernyataan di atas, bukan makna negatifnya. Dasar pemikirannya adalah kalau siap kecewa , Anda mempunyai kesempatan untuk mengubah kekecewaan itu menjadi asset……..dst….

Kemudian dilanjutkan pada halaman berikutnya yaitu 310 , alinea awal
…………..Siap untuk kecewa bukan berarti menjadi seorang pecundang yang kalah dan pasif. Siap untuk kecewa adalah sebuah cara untuk secara mental dan emosional mempersiapkan diri menghadapi kejutan yang mungkin tidak kauinginkan…………

Dari tiga kutipan diatas , sampai tulisan di-posting saya masih selalu meyakinkan diri sendiri bahwa kecewa itu bisa menjadi kekuatan.
Siap kecewa --> kecewa datang --> proaktif --> ouput positif --> asset

Tak mudah menjalani hidup, dan kehidupan memberikan pelajaran untuk hidup.

10 komentar:

  1. tapi pada kenyataannya mempraktekan lebih sulit dariapada teorinya itu sendiri

    BalasHapus
  2. @ Mbak Ely : saya setuju sekali dengan pendapat nJenengan, karena sebagian teori bukanlah menyediakan jawaban tetapi lebih sebagai tonggak (rujukan) untuk bertindak. Sebelum masuk tataran praktek , sekedar "mendoktrin" otak kita sesuai teori saja rasanya sudah sulit sekali ...

    BalasHapus
  3. ...sedih, marah, kecewa...itu semua adalah emosi (intens feeling)...jadi bisa diatur...kalau kita tidak mengijinkan perasaan kita kecewa, maka tidak akan ada kecewa di perasaan kita...'ngudi roso' itu yg sering dilakukan oleh orang jawa (me-manage emosi) agar bisa mengendalikan perasaan (marah, senang, bahagia, sedih, dan kecewa...)...he..he..he, Salam, DW

    BalasHapus
  4. @ Mas Djoko : 'ngudi roso' memang bagian dari sekian banyak managemen yg ada dimuka bumi. Berarti rasa yg kita terima dalam hati itu tergantung bagaimana kita akan memposisikanya ya, Mas..

    Tapi betul lho .. memang begitu ..

    ths

    BalasHapus
  5. Dalam proses persiapan pernikahan, saya kecewa dengan sebuah percetakan kecil di Semarang. Niat saya memberdayakan pengusaha kecil mandiri, tapi hasilnya malah bikin keqi.

    Tapi memang benar bahwa kekecewaan itu justru mendatangkan kekuatan. Sekonyong-konyong muncul naluri untuk mendesain sendiri undangan untuk 'ngundhuh mantu' di Depok. Lengkap dengan buku tamunya. Malah muncul ide baru untuk membuat format buku tamu unik seperti yang pernah saya paparkan di salah satu postingan di blog saya. Hasilnya, lumayanlah. Desain saya lebih memuaskan mata dan hati banyak pihak yang melihatnya.

    Jadi saya sependapat, kekecewaan memang bisa merangsang munculnya kekuatan yang tak pernah kita duga sebelumnya.

    BalasHapus
  6. Yang paling penting adalah bagaimana memanage rasa kecewa itu menjadi suatu hal yang positip, misalnya sebagai motivasi dan lain sebagainya...tapi prakteknya saya kira ya gak semudah ngomongnya...

    BalasHapus
  7. @BeWe: Terima kasih sudah sharing pengalaman pribadi berkenaan dengan kecewa,semoga menambah keyakinan kepada diriku bahwa 'kekuatan bisa muncul lewat sebuah rasa kecewa'

    BalasHapus
  8. @Tukang Nggunem : Betul Mas, apalagi kalau teori tersebut terasa baru dibenak kita, pasti butuh waktu dan kesabaran untuk mengejawantahkan-nya.

    btw, thks sudah berkunjung

    BalasHapus
  9. Siap kecewa --> kecewa datang --> proaktif --> ouput positif --> asset... sip makasih...dalam kehidupan memang sering kecewa dan mengecewakan...

    BalasHapus
  10. @choen : dalam hidup banyak mengharap maka akan punya potensi banyak kecewa...he..he..kata orang sih ...

    BalasHapus