Walaupun telah menghadirkan orang nomor satunya di partai, seperti yang ditayangkan tv tadi tetap tidak bisa menjadi magnet agar simpatisan datang ke lapangan. Bahkan di satu daerah karena sangat sepi peminat para caleg terpaksa turun panggung dan langsung kampanye door-to-door. Ada lagi di lain tempat acara yang bertajuk atau tepatnya dembel-embeli rapat akbar harus ditutup cepat karena setelah dua jam menunggu simpatisan yang ditunggu tak jua hadir memenuhi lapangan terbuka.
Jika kita kiaskan kampanye tersebut ibarat barang dagangan, tentulah sepi pengunjung bagi sang empunya hajat harus segera intropeksi. Sepi pengunjung saat kampanye bisa diakibatkan oleh beberapa kondisi :
- Kurangnya publikasi akan produk
- Banyak produk sejenis di daerah tersebut, sehingga posisi tawar rendah (banyak janji sejenis yang sudah diumbar oleh partai lain)
- Produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan strata masyarakat sekitar yang dijadikan obyek pasar (kampanye salah sasaran, bukan didaerah basis massanya)
- Mutu dan harga produk yang kurang kompetitif (program kerja yang diusung kurang meyakinkan )
- Tenaga penjual kurang handal ( juru kampanye tidak jelas track recordnya )
- Produk yang tidak menyediakan layanan purnal jual ( umbar janji palsu/ OmDo )
- Lokasi tidak strategis ( tempat kampanye kurang representatif )
- Produk yang tidak inovatif ( L4 – Lu Lagi Lu Lagi ..cape deh )
- Produk yang tidak dibutuhkan masyarakat ( wah..ini paling parah..harus cari pasar ekspor nih..)
Tapi perlu dicatat, alasan sepi kampanye tersebut tidak ada hubungannya dengan blog yang sepi. ( ha..ha..ha...)
dah lama ndak nonton kampanye , di sini model kampanye agak berbeda sama yg di tanah air, nggak jor.joran, rame-rame pasang gambar di mana, politikusnya lebih memperlihatkan action nyata utk menarik simpati publik, kalaupun ada gambar kampanye politikusnya, mungkin cuma satu atau dua di kota
BalasHapusapa kabar ?
@ Mbak Ely : kabar saya baik, semoga Anda juga sehat selalu setelah 'ngaso'
BalasHapusDi negeri ini methode kampanye sebenarnya juga sudah ada arah perbaikan, misalnya uji kandidat, debat publik walaupun kadang issue yang diangkat agak klise ( karena banyaknya kontestan ), tapi itu lebih baik-lah daripada ribut grubyak-grubyuk kayak jaman dulu malah kadang anarkis
kalau utk gambar ..waduh, disini malah ada istilah kampung baliho karena puluhan baliho memenuhi tanah kosong pinggir jalan
Yg mmbuat tidak nyaman adlh stiker yg ditempel di dinding2....
BalasHapusWalpun di lepas ttp ada bkasnya...bikin g nyaman pmandangan ......
Sebaiknya ada perturan mlarang mmasang stiker...baik utk kampnye atau iklan komersil...
@Mas Awal : soal stiker..kemarin temanku ada ambil gambar sebuah trafo listrik yang dipenuhi stiker berbagai wajah ... itu malah sampai pemilu selesai mungkin nggak ada yg melepas...mmg perlu aturan main soal tempel - menempel ditempat umum
BalasHapusKalau ini sangat terkait dengan modal pak. Bandingkan aja, menurut info yang saya baca dari koran ada parpol yang punya dana lebih dari Rp. 25 juta, tapi ada yang dananya kurang dari 5 juta. Nah, kalau caleg2 nya tetap aja harus rogoh dari kantong sendiri biar yang milih semakin banyak.
BalasHapus@Mas Mufti : dana memang menjadi sorotan ...sekaligus memegang peranan penting untuk merebut simpati
BalasHapusBang RJ, jadi konsultan partai aja.....lumayan kan....hehehhe....
BalasHapusAda lagi, kampanye sepi bisa karena artis penyanyi dangdutnya kurang hot...hahahaha
BalasHapus@Tukang Nggunem : yang hot-hot sekarang lagi kena sensor jadi pada takut
BalasHapus@Mas Awal : penginnya mmg jadi konsultan, tapi gak dapet klien, soalnya semua partai dikritisi bukan di belain ...he..he..
BalasHapus