Adik , begitu biasa kami panggil kepada si kecil yang saat ini duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar. Menurut pengamatanku sekolah jaman sekarang sangat berbeda dari sekolah jaman dulu , terutama dari materi pelajaran. Di beberapa sekolah untuk ukuran kelas satu sudah tidak dimulai dari belajar membaca dan menulis karena sudah di test saat mau masuk sekolah.
Misalnya untuk pekerjaan ulangan sekolah, kalau dulu isiannya berupa kata atau kalimat pendek, tapi sekarang bisa berupa deskripsi kalimat panjang. Yah..namanya juga kemajuan, toh asupan gizi anak sekarang juga relatif lebih baguslah.
Kakak dan Adik, selalu atau seringkali memberitahukan ke kami semua hasil ulangan di sekolah ataupun nilai PR. Selain untuk berbagi masalah hal ini juga didorong karena setiap hasil ulangan sekolah harus ditandatangani oleh orang tua murid dan dikumpulkan lagi ke wali kelas. Baik nilai bagus atau nilai tidak bagus Kakak dan Adik tidak pernah menyembunyikan hasil ulangannya.
Saat itu, Ayah baru selesai makan malam di panggil Ibu untuk dilihatin lembar ulangan sekolah Adik. Saya pikir wah surprise apa nih Adik sampai segitunya. Angka nilainya sih tidaklah jelek , namun keheranan Ibu ada pada salah satu jawaban yang diberikan Adik dalam menjawab soal isisan tersebut.
Ceritanya saat itu ulangan IPS berupa sepuluh soal isian. Satu dari sepuluh pertanyaannya adalah :
“ Sebutkan contoh hal yang menyedihkan dalam keluarga .......”
Jawaban Adik “ Selalu dimarahi Ayah ....”
Sejenak kami tertawa bersama, dan Adik dengan wajah “no-problemo” hanya nyengir saja dengan ekpresi wajah mengatakan bahwa itu adalah realita.
Well, sebagai orang tua saya menilai itu adalah jawaban jujur dari seorang bocah yang baru berusia tujuh tahun. Saat menjawab dia tidak memikirkan apakah jawaban itu akan dibenarkan oleh guru atau di salahkan sehingga mempengaruhi nilainya. Saya tidak membantah ataupun menjelaskan karena itu adalah salah satu kompetensi untuk berani menyampaikan pendapat.Dan kita harus ‘apreciate’.
Tentulah saya mendapatkan pelajaran ( kalau tidak mau di katakan teguran ) dari anak usia belia. Tak lupa saya ucapkan terima kasih. Cara pandang orang tua memang berbeda dengan cara pandang anak – anak . Di sinilah letak sulitnya menjadi orang tua . Menyampaikan larangan atau teguran kepada anak bisa di artikan bahwa ayah galak, suka marah dan lain sebagainya. Padahal sesuatu itu adalah mungkin bagus untuk si anak, tapi karena cara kita menyampaikan kurang tepat jadi sasarannya malah melenceng.
So, pesan kepada saya pribadi adalah hati – hati saat bicara kepada anak, sedapat mungkin pakai pendekatan psikologi anak. Jadi orang tua bukan berarti bisa se-enaknya , di samping anak adalah amanah ada juga hukum positif negara yang mengatur tentang kekerasan terhadap anak.
Tapi jadi anak juga bukan berarti tak tersentuh aturan main . Yakinlah Nak, tak ada orang tua yang mengharapkan anaknya menjadi orang tidak baik. Walaupun Ayah marah bukan berarti Ayah tidak sayang , tapi Ayah tak ingin melihatmu di jalan yang tidak tepat. Jangan lupa juga do’akan agar Ayah selalu bisa berpikir jernih dan diberi kekuatan oleh Yang Maha Kuasa. Ingatkan kepada Ayah saat marah jangan karena nafsu emosi , tapi demi kebenaran.
Jadi bagaimana , Yah ? lebih baik pakai sepatu bolamu dan kita main bola di lapangan yuk ....setelah itu kita pergi kamping di dekat kolam pemancingan atau dekat lapangan golf.
Kamis, 16 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
nggak mudah memang ya jadi orang tua dr bacaan di atas, kadang aku suka berpikir orang orang dulu yang anaknya banyak kadang sampai sepuluh anak, bagaimana mereka bisa mendidik anak anaknya itu ya
BalasHapusTerima Kasih sudah diingatkan, tapi prakteknya susah susah gampang...
BalasHapusMudah2an kita selalu mendapat bimbingan dariNya, amin
Ya gitulah yg sdah jd ayah....sya belooooon....pengiiiinnnn....
BalasHapus@Nbak Ely : mungkin orang tua jaman dulu karena anaknya banyak nggak sempat mendengarkan hal yg seperti itu ( barangkali lho )
BalasHapus@Mbak Lala : amin..semoga kita dapat bimbingan-Nya, memang anak jaman sekarang kritis atau tanggap terhadap lingkungan lebih peka, karena arus informasi sudah mampu menyentuh ke ranah kehidupan mereka. Jadi ya tambah berat tugas kita sbgai ortu.
@Mas Awal : ya..makanya cepetan dong,kan pemilu sudah lewat ..he..he..he..
Scr teoritis pendekatan psikologi anak lebih nyaman utk seorang ibu yaa...jauh lbh sabar. Namun figur ayah yg tegas jg perlu. Misal saja,katakan bhw ayah bukan marah tp tegas. Salam kenal..
BalasHapus@ammadis : ibu memang relatif lbh sabar dan lbh dekat dgn anak krn faktor melahirkan dan menyusui
BalasHapussalam kenal kembali sekalian saya link
saya adalah seorang ayah (ngga nanya tuh) sewaktu anak saya masih bayi, aku sering beli buku tentang mendidik anak salah satunya berjudul "Mendidik dengan Cinta". setelah aku baca buku itu lumayanlah dapat berbagai ilmu tentang mendidik anak, tapi memang tak semudah teori yang di berikan. terkadang aku lupa bahwa mendidik anak jangan dengan emosi tapi berikan banyak cinta untuk anak kita.
BalasHapuskeep share.
@Mas Risti : thks sharingnya , nanti kita buru buku tsb. disamping itu kolom parentingnya Fauzil A di majalah hidayatullah juga bisa di jadikan referensi
BalasHapuskalau dikata telah mengalami perubahan memang benar. Kondisi sekarang jelas sudah berbeda seperti beberapa tahun atau puluh tahun yang lalu, salah satu yang mempengaruhi adalah kemajuan teknologi
BalasHapusya memang kadang2 pemikiran orang tua itu suka berbeda dengna pemikiran anaknya..
BalasHapusHe..he...he....ketahuan deh kalo pemarahan, itu baru teguran dari si kecil.....ati-ati ntar di kerjaan di tegur anak buah gara-gara pemarahan.
BalasHapusAnak yang tak pernah dimarahi atau malah dibiarkan begitu saja ketika melakukan sesuatu yang salah atau keterlaluan malah justru akan menjadi bumerang bagi anak itu sendiri. Anak perlu juga dimarahi tapi ia juga perlu disayang sehingga keduanya menjadi seimbang.
BalasHapus@mas ciput : semoga teknologi membawa dampak postif
BalasHapus@mas e-je: disitulah letak persimpangannya, mesti sabar agar terjadi titik temu
@ Roseno : nasehat bisa datang dari siapa saja termasuk juga dari anak kecil
@Mas Mufti : setuju sekali, kuncinya seimbang